.quickedit{ display:none; }

Kamis, 03 November 2011

Keistimewaan Puasa Senin-Kamis

Keajaiban Sholat Tahajud, beserta Pengertian dan Tata Caranya

Sungguh luar biasa jika kita mengetahui keajaiban dari sholat tahajud. Yaitu dengan melakukan sholat yang dilakukan pada sebagian malam hari ini, apa yang kita hajatkan InsyaAllah akan terkabul. Dan pada kesempatan ini juga akan saya sampaikan pengertian beserta tata caranya melakukan sholat tersebut.
Dalam sebuah hadist menerangkan “Dari Abu Hurairah ra. diterangkan bahwa ada seorang sahabat bertanya : Sholat apakah yang lebih utama selain dari sholat fardhu yang lima?. Kemudian Rasulullah SAW menjawab :

ISLAM MENYURUH KITA CERDAS

ISLAM MENYURUH KITA CERDAS



اَلْحَمْدُ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
Amma ba’du.
Wa khairul hadiits, kitaabullaah, wa khairul hudaa, hudaa muhammad. Wa syarrul umuur muhdatsaatuhaa. Wa kullu bid’ati dhalalah. Wa kullu dhalalati fii naar.
Faa qalallahu fii kitabihil kariim, ‘audzubillahi minasy syaithaan nir rajiim …
وإذا قيل لهم اتبعوا ما أنزل الله قالوا بل نتبع ما ألفينا عليه آباءنا أولو كان آباؤهم لا يعقلون شيئا ولا يهتدون
Artinya:  “Dan apabila dikatakan kepada mereka: “Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah,” mereka menjawab: “(Tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari orang-orang tua kami”. “(Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apa pun, dan tidak mendapat petunjuk?” (QS. al-Baqarah 2:170)


Hadirin Rahimakumullah,
Maha Suci Allah yang telah menurunkan al-Qur’an – sebagai petunjuk serta rahmat bagi seluruh alam – kepada Nabi Muhammad s.a.w. untuk seluruh umat manusia di dunia ini. Karena itulah ketika kita tidak memegang atau melaksanakan al-Qur’an dengan benar, maka tidak mustahil kita akan sesat bahkan mungkin menyesatkan orang lain. Na’udzubillaahi min dzalika.
Karena itulah Allah telah memberikan kepada manusia ‘AKAL agar manusia dapat menjadi CERDAS dalam melaksanakan dan mengikuti segala yang diturunkan Allah melalui Nabi Muhammad s.a.w.
Hadirin Rahimakumullaah,
Kata ‘AKAL (عقل) beserta semua turunan katanya disebutkan dalam empat puluh sembilan (49) ayat. Salah satunya adalah pada QS. al-Baqarah 2:170 yang telah dibacakan pada awal khutbah tadi. Pada ayat ini kata ( يعقلون) diartikan “Mengetahui”, sedangkan pada ayat-ayat lainnya kata ‘AKAL (عقل) ini diartikan:

Manusia berakal tidak tunduk kepada hawa nafsu

RASULULLAH bersabda yang bermaksud: “Sesungguhnya yang berakal itu ialah orang beriman kepada Allah, membenarkan Rasul Allah dan berbuat amalan taat kepada Allah.” – (Hadis riwayat Ibnul Mahbar).

Manusia yang tidak amanah terhadap akal, malah menjalani kehidupan hanya mengikut telunjuk nafsu semata-mata, kedudukan mereka sama seperti binatang, bahkan lebih dahsyat daripada itu.

Banyak muncul penyakit sejak usia muda karena meninggalkan 7 prinsip konsumsi!

Saat ini begitu banyak penyakit yang muncul pada usia muda, padahal sebelumnya penyakit-penyakit ini baru muncul setelah menginjak usia tua/lansia. Sebutlah diabetes (tipe 2), stroke, kanker, dan beberapa penyakit lain. Penyakit-penyakit tersebut muncul berkaitan dengan pola konsumsi seseorang.  Padahal Sang Pencipta telah memberikan prinsip-prinsip konsumsi supaya sehat yang mungkin sudah banyak ditinggalkan. Anda ingin sehat? Ayo kita kembali ke prinsip-prinsip yang telah diberikan oleh Sang Pencipta.

1. Hanya mengkonsumsi makanan yang halal dan thoyib

Halal di sini tidak hanya zat/makanannya, tetapi juga sumber untuk mendapatkan makanan tadi (sumber penghasilan). Bagaimana mungkin bdan sehat, kalau badan kita dibangun dari zat-zat yang tidak halal, yang tidak di rihoi oleh sang Pencipta. Thoyib berarti baik, bergizi dan seimbang.

Jangan Terperangkap Bujukan Syetan

Orang berlaku maksiat adalah orang yang ditawan, dipenjara, dibelenggu, dan dikalahkan syetan. Sesungguhnya tidak ada tawanan yang lebih buruk keadaannya, selain orang yang menjadi tawanan musuhnya. Tidak ada penjara yang lebih sempit daripada penjara syahwat. Tidak ada belenggu yang lebih susah dilepaskan daripada belenggu nafsu.
Bagaimana seseorang bisa leluasa hidupnya, dan berjalan menuju Allah Rabbul Alamin dan negeri Akhirat dengan hati yang tertawan, terpenjara, dan terbelenggu? Melangkah setapak pun manusia tidak akan sanggup. Manusia tidak bakal sanggup lagi berjalan meniti jalan hidupnya menuju kampung Akhirat, bila sudah terkena bujukan syetan, dan dipenjara oleh syahwatnya.
Kalau hati, pendengaran, dan mata sudah jauh dari Allah, penyakit-penyakit akan lekas datang menyerangnya. Penyakit kesesatan yang akan menenggelamkan hidupnya ke dalam kehinaan, dan bukan hanya di dunia belaka, tetapi kelak diAkhirat. Kekal selama-lamanya.
Sebaliknya kalau hati tetap dekat dengan Allah Rabbul Alamin, penyakit-penyakit kehidupan akan menjauhinya. Jauh dari Allah memiliki tingkatan-tingkatan yang tidak sama. lalai (ghaflah) memang bisa menjauhkan dari Allah Rabbul Alamin. Tetapi, laku maksiat lebih menjauhkan dari Allah daripada lalai. Bid'ah lebih menjauhkan dari Allah Rabbul Alamin daripada maksiat. Sedangkan sifat munafik serta syirik lebih menjauhkan dari Allah Rabbul Alamin daripada semua bentuk perbuatan maksiat.
Maksiat Menjatuhkan Kedudukan
Makhluk yang paling mulia di sisi Allah, mereka yang paling bertakwa diantara mereka, dan makhluk yang paling dekat derajatnya dengan Allah, ialah yang paling taat kepada Allah Rabbul Alamin.
Kadar ketaatan seoranglah yang menentukan kedudukannya disisi Allah Rabbu Alamin. Apabila ia berbuat durhaka kepada Allah Rabbul Alamin, dan melanggar perintah-Nya, jatuhlah martabat dan izzahnya di sisi Allah, dan menjadi sangat hina disisi manusia. Manusia yang durhaka kepada Allah Rabbul Alamin, bukan hanya hina disisi Allah Rabbul Alamin, tetapi juga menjadi sangat hina disisi manusia. Semua sudah terjadi dalam sejarah kehidupan manusia sepanjang sejarah.
Hati mereka akan kehilangan simpati. Jika reputasinya di mata manusia sudah runtuh, sehingga mereka menganggapnya sebagai manusia yang hina dina, niscaya ia akan hidup di tengah-tengah mereka sebagai sosok yang buruk, yang meninggalkan kesan tidak terpuji, yang sudah tidak memiliki kehormatan dan tidak pantas memiliki kegembiraan. Sekalipun, ia memiliki kekuasaan, jabatan, dan harta yang banyak. Semua itu tidak dapat meninggikan dirinya, yang sudah runtuh dan hina itu.
Maksiat Merusak Nama Baik
Orang yang berbuat maksiat ia akan menyandang serenceng nama yang tercela dan predikat-predikat yang nista.
Bahkan ia pun akan kehilangan nama sebagai seorang yang beriman, yang berbakti, yang budiman, yan bertakwa, yang taat, yang insaf, yang sadar, yang penyayang,yang wara', yang shaleh, yang suka beribadah, yang takut kepada Allah Rabbul Alamin, yang senang bertaubat, yang baik dan sebagainya.
Sebaliknya, ia akan menyandang nama si jahat, si durhaka, si pelanggar, si pembuat kerusakan, si buruk, si tukang zina, si pencuri, si pembunuh, si pengkhianat, si tukang homoseks, si koruptor, si pembohong, si pendusta, si kotor, si pemutus hubungan kekeluargaan dan sebagainya. Semua itu adalah nama-nama yang buruk.
Allah Ta'ala berfirman:
بِئْسَ الاِسْمُ الْفُسُوقُ بَعْدَ الْإِيمَانِ
"Seburuk-buruknya panggilan ialah (penggilan) yang seburuk sesudah iman." (QS. Al-Hujarat [49] : 11)
Itulah sebutan-sebutan yang mengandung murka Allah Rabbul Alamin, sehingga orang-orang yang bersangkutan akan masuk ke neraka dan mengalami kehidupan yang nista, seperti yang tertera dalam surah al-Waqi'ah, yang mengkisahkan tentang; "Asy-habul Syimal", yang sangat hina kelak diAkhirat.
Maksiat Mempengaruhi Kemampuan Akal
Kisah dua manusia yang sama-sama memiliki akal. Namun yang satu taat kepada Rabbul Alamin, dan yang satunya ahlul maksiat dan durhaka kepada Allah Rabbul Alamin. Maka, kita akan menemukan akal orang yang taat lebih sempurna daripada akal orang yang durhaka dan ahlul maksiat. Pikirannya lebih jernih, pendapatnya lebih akurat, dan idenya lebih cemerlang orang yang taat.
Orang yang berani durhaka kepada Rabbul Alamin yang telah menciptakannya, tidak layak disebut sebagai orang yang berakal. Mengapa? Dia sebenarnya tahu bahwa Allah Rabbul Alamin, selalu melihat dan mengawasi segala amal dan perbuatannya, tetapi manusia berani berbuat maksiat dan durhaka kepada-Nya. Dia terang-terangan durhaka dan kepada Allah Rabbul Alamin.
Dia memohon pertolongan kepada Allah dengan cara yang justru mengundang murka-Nya. Setiap waktu ia selalu membuat Allah Rabbul melaknatinya, menjauhkan dari sisi-Nya,dan mengusirnya dari pintu-Nya. Akan semacam ini dipunyai oleh orang yang hanya mementingkan kenikmatan sementara, kemudian akan lenyap begitu saja, semua kenikmatan itu bagaikan mimpi kosong.
Maksiat Memutuskan Hubungan Hamba Dengan Rabbul Alamin
Apabila sudah putus hubungan dengan Allah Rabbul Alamin, praktis pula semua sebab kebaikan darinya, dan diganti dengan jalinan sebab-sebab keburukan. Keberuntungan apa lagi yang dapat diharapkan manusia? Kehidupan apalagi yang bisa ditunggu oleh orang yang sudah tidak mempunyai hubungan dengan segala kebaikan? Padahal, Allah yang menyayanginya, melindunginya, dan selalu memberikan apa saja yang dibutuhkan manusia setiap saat. Jika sudah itu yang terjadi tidak ada lagi ganti dari-Nya.
Jika sudah demikian, ia tidak akan mendapatkan kebaikan. Sebaliknya ia akan mendapatkan keburukan dan penderitaan serta siksan yang sangat dahsyat dari Rabbul
Alamin.
Maksiat Bisa Menghapus Berkah Usia, Berkah Rizki, Berkah Ilmu, Berkah Amal, dan Berkah Ketaatan
Secara keseluruhan bisa dikatakan bahwa perbuatan maksiat itu menghapus berkah agama dan dunia. Sehingga orang yang berani durhaka kepada Allah Rabbul Alamin akan kita dapati sebagai orang yang paling sedikit berkah umur, agama dan dunianya. Hanya perbuatan maksiat manusia yang dapat menghapus berkah bumi.
Kisah umat-umat yang terdahulu yang berbuat maksiat, bukan hanya dihinakan oleh Allah Azza Wa Jalla, tetapi mereka juga dihancurkan sehancur-hancurnya oleh Allah Rabbul Alamin. Seperti kaumnya Nabi Luth, kaum Ad, kaum Tsamud, dan kaumnya Nabi Nuh, semuanya dihancurkan oleh Allah Rabbul Alamin.
Maksiat Dapat Membuat Orang Menjadi Golongan Rendah
Manusia diciptakan oleh Allah Rabbul Alamin sebagai makhluk yang mulia. Tetapi kemudian derajatnya, jatuh serendah-rendahnya, karena perbuatan maksiat mereka. Begitulah keadaan jiwanya, jiak seorang hamba berani berbuat maksiat, ia akan turun ke derajat yang sangat rendah, dan akan terus turun sampai ke titik yang paling rendah.
Segala kemuliaan, kebaikan, derajat, serta izzah, menjadi sirna bersamaan dengan datangnya maksiat pada dirinya. Dirinya tenggelam dalam kenikmatan maksiat dan syahwat, yang dibisikkan syetan. Mereka yang sudah tenggelam dalam maksiat itu, seperti merasa dalam kenikmatan, yang sebenarnya kesesatan yang menghancurkan kehidupannya.
Maksiat Membuat Syetan Menjadi Berani Kepada Seorang Hamba
Karena seorang manusia sudah terbiasa dengan maksiat, syetan menjadi berani mengangggunya, membujuk, menggoda, menyesatkan, menakut-nakuti, membuatnya sedih, cemas, gelisah, murung, lupa ingatan, dan selalu berbuat yang mudharat. Merusak kehidpan manusia lainnya.
Akibatnya, dengan leluasa syetan, semakin berani mendorong-dorongnya untuk berbuat maksiat kepada Allah. Syetan-syetan menjelma sebagai manusia, mereka akan mengganggu manusia-manusia yang lemah imannya, dan sudah terbelenggu dengan maksiat dan bujukan syetan, serta kenikmatan dunia.
Sejatinya berbuat durhaka dan maksiat kepada Allah, tetapi mereka merasa berada di jalan Allah Rabbul Alamlin. Itulah manusia-manusia yang sudah jatuh dalam bujukan syetan. Wallahu'alam.

sumber :http://www.eramuslim.com/nasihat-ulama/jangan-terperangkap-bujukan-syetan.htm

Pengertian hakikat manusia

Pengertian hakikat manusia

Pengertian hakikat manusia – Manusia adalah mahluk paling sempurna yang pernah diciptakan oleh Allah SWT. Kesempurnaan yang dimiliki oleh manusia merupakan suatu konsekuensi fungsi dan tugas mereka sebagai khalifah dimuka bumi ini. Al-Quran menerangkan bahwa manusia berasal tanah dengan mempergunakan bermacam-macam istilah, seperti : Turab, Thien, Shal-shal, dan Sualalah.

Hal ini dapat diartikan bahwa jasad manusia diciptakan Allah dari bermacam-macam unsur kimiawi yang terdapat dari tanah. Adapun tahapan-tahapan dalam proses selanjutnya, Al-Quran tidak menjelaskan secara rinci. Akan tetapi hampir sebagian besar para ilmuwan berpendapat membantah bahwa manusia berawal dari sebuah evolusi dari seekor binatang sejenis kera, konsep-konsep tersebut hanya berkaitan dengan bidang studi biologi. Anggapan ini tentu sangat keliru sebab teori ini ternyata lebih dari sekadar konsep biologi. Teori evolusi telah menjadi pondasi sebuah filsafat yang menyesatkan sebagian besar manusia. Dalam hal ini membuat kita para manusia kehilangan harkat dan martabat kita yang diciptakan sebagai mahluk yang sempurna dan paling mulia.
Walaupun manusia berasal dari materi alam dan dari kehidupan yang terdapat di dalamnya, tetapi manusia berbeda dengan makhluk lainnya dengan perbedaan yang sangat besar karena adanya karunia Allah yang diberikan kepadanya yaitu akal dan pemahaman. Itulah sebab dari adanya penundukkan semua yang ada di alam ini untuk manusia, sebagai rahmat dan karunia dari Allah SWT. {“Allah telah menundukkan bagi kalian apa-apa yang ada di langit dan di bumi semuanya.”}(Q. S. Al-Jatsiyah: 13). {“Allah telah menundukkan bagi kalian matahari dan bulan yang terus menerus beredar. Dia juga telah menundukkan bagi kalian malam dan siang.”}(Q. S. Ibrahim: 33). {“Allah telah menundukkan bahtera bagi kalian agar dapat berlayar di lautan atas kehendak-Nya.”}(Q. S. Ibrahim: 32), dan ayat lainnya yang menjelaskan apa yang telah Allah karuniakan kepada manusia berupa nikmat akal dan pemahaman serta derivat (turunan) dari apa-apa yang telah Allah tundukkan bagi manusia itu sehingga mereka dapat memanfaatkannya sesuai dengan keinginan mereka, dengan berbagai cara yang mampu mereka lakukan. Kedudukan akal dalam Islam adalah merupakan suatu kelebihan yang diberikan Allah kepada manusia dibanding dengan makhluk-makhluk-Nya yang lain. Dengannya, manusia dapat membuat hal-hal yang dapat mempermudah urusan mereka di dunia. Namun, segala yang dimiliki manusia tentu ada keterbatasan-keterbatasan sehingga ada pagar-pagar yang tidak boleh dilewati.
Dengan demikian, manusia adalah makhluk hidup. Di dalam diri manusia terdapat apa-apa yang terdapat di dalam makhluk hidup lainnya yang bersifat khsusus. Dia berkembang, bertambah besar, makan, istirahat, melahirkan dan berkembang biak, menjaga dan dapat membela dirinya, merasakan kekurangan dan membutuhkan yang lain sehingga berupaya untuk memenuhinya. Dia memiliki rasa kasih sayang dan cinta,
rasa kebapaan dan sebagai anak, sebagaimana dia memiliki rasa takut dan aman, menyukai harta, menyukai kekuasaan dan kepemilikan, rasa benci dan rasa suka, merasa senang dan sedih dan sebagainya yang berupa perasaan-perasaan yang melahirkan rasa cinta. Hal itu juga telah menciptakan dorongan dalam diri manusia untuk melakukan pemuasan rasa cintanya itu dan memenuhi kebutuhannya sebagai akibat dari adanya potensi kehidupan yang terdapat dalam dirinya. Oleh karena itu manusia senantiasa berusaha mendapatkan apa yang sesuai dengan kebutuhannya,hal ini juga dialami oleh para mahluk-mahluk hidup lainnya, hanya saja, manusia berbeda dengan makhluk hidup lainnya dalam hal kesempurnaan tata cara untuk memperoleh benda-benda pemuas kebutuhannya dan juga tata cara untuk memuaskan kebutuhannya tersebut. Makhluk hidup lain melakukannya hanya berdasarkan naluri yang telah Allah ciptakan untuknya sementara manusia melakukannya berdasarkan akal dan pikiran yang telah Allah karuniakan kepadanya.
Dewasa ini manusia, prosesnya dapat diamati meskipun secara bersusah payah. Berdasarkan pengamatan yang mendalam dapat diketahui bahwa manusia dilahirkan ibu dari rahimnya yang proses penciptaannya dimulai sejak pertemuan antara spermatozoa dengan ovum.
Didalam Al-Qur`an proses penciptaan manusia memang tidak dijelaskan secara rinci, akan tetapi hakikat diciptakannya manusia menurut islam yakni sebagai mahluk yang diperintahkan untuk menjaga dan mengelola bumi. Hal ini tentu harus kita kaitkan dengan konsekuensi terhadap manusia yang diberikan suatu kesempurnaan berupa akal dan pikiran yang tidak pernah di miliki oleh mahluk-mahluk hidup yang lainnya. Manusia sebagai mahluk yang telah diberikan kesempurnaan haruslah mampu menempatkan dirinya sesuai dengan hakikat diciptakannya yakni sebagai penjaga atau pengelola bumi yang dalam hal ini disebut dengan khalifah. Status manusia sebagai khalifah , dinyatakan dalam Surat All-Baqarah ayat 30. Kata khalifah berasal dari kata khalafa yakhlifu khilafatan atau khalifatan yang berarti meneruskan, sehingga kata khalifah dapat diartikan sebagai pemilih atau penerus ajaran Allah.
Namun kebanyakan umat Islam menerjemahkan dengan pemimpin atau pengganti, yang biasanya dihubungkan dengan jabatan pimpinan umat islam sesudah Nabi Muhammad saw wafat , baik pimpinan yang termasuk khulafaurrasyidin maupun di masa Muawiyah-‘Abbasiah. Akan tetapi fungsi dari khalifah itu sendiri sesuai dengan yang telah diuraikan diatas sangatlah luas, yakni selain sebagai pemimpin manusia juga berfungsi sebagai penerus ajaran agama yang telah dilakukan oleh para pendahulunya,selain itu khalifah juga merupakan pemelihara ataupun penjaga bumi ini dari kerusakan.
SIAPAKAH MANUSIA
Kehadiran manusia pertama tidak terlepas dari asal usul kehidupan di alam semesta. Asal usul manusia menurut ilmu pengetahuan tidak bisa dipisahkan dari teori tentang spesies lain yang telah ada sebelumnya melalui proses evolusi.
Evolusi menurut para ahli paleontology dapat dibagi menjadi empat kelompok berdasarkan tingkat evolusinya, yaitu :
Pertama, tingkat pra manusia yang fosilnya ditemukan di Johanesburg Afrika Selatan pada tahun 1942 yang dinamakan fosil Australopithecus.
Kedua, tingkat manusia kera yang fosilnya ditemukan di Solo pada tahun 1891 yang disebut pithecanthropus erectus.
Ketiga, manusia purba, yaitu tahap yang lebih dekat kepada manusia modern yang sudah digolongkan genus yang sama, yaitu Homo walaupun spesiesnya dibedakan.
Fosil jenis ini di neander, karena itu disebut Homo Neanderthalesis dan kerabatnya ditemukan di Solo (Homo Soloensis).
Keempat, manusia modern atau Homo sapiens yang telah pandai berpikir, menggunakan otak dan nalarnya.
Beberapa Definisi Manusia :
1. Manusia adalah makhluk utama, yaitu diantara semua makhluk natural dan supranatural, manusia mempunyai jiwa bebas dan hakikat hakikat yg mulia.
2. Manusia adalah kemauan bebas. Inilah kekuatannya yg luar biasa dan tidak dapat dijelaskan : kemauan dalam arti bahwa kemanusiaan telah masuk ke dalam rantai kausalitas sebagai sumber utama yg bebas – kepadanya dunia alam –world of nature–, sejarah dan masyarakat sepenuhnya bergantung, serta terus menerus melakukan campur tangan pada dan bertindak atas rangkaian deterministis ini. Dua determinasi eksistensial, kebebasan dan pilihan, telah memberinya suatu kualitas seperti Tuhan
3. Manusia adalah makhluk yg sadar. Ini adalah kualitasnya yg paling menonjol; Kesadaran dalam arti bahwa melalui daya refleksi yg menakjubkan, ia memahami aktualitas dunia eksternal, menyingkap rahasia yg tersembunyi dari pengamatan, dan mampu menganalisa masing-masing realita dan peristiwa. Ia tidak tetap tinggal pada permukaan serba-indera dan akibat saja, tetapi mengamati apa yg ada di luar penginderaan dan menyimpulkan penyebab dari akibat. Dengan demikian ia melewati batas penginderaannya dan memperpanjang ikatan waktunya sampai ke masa lampau dan masa mendatang, ke dalam waktu yg tidak dihadirinya secara objektif. Ia mendapat pegangan yg benar, luas dan dalam atas lingkungannya sendiri. Kesadaran adalah suatu zat yg lebih mulia daripada eksistensi.
4. Manusia adalah makhluk yg sadar diri. Ini berarti bahwa ia adalah satu-satuna makhluk hidup yg mempunyai pengetahuan atas kehadirannya sendiri ; ia mampu mempelajari, manganalisis, mengetahui dan menilai dirinya.
5. Manusia adalah makhluk kreatif. Aspek kreatif tingkah lakunya ini memisahkan dirinya secara keseluruhan dari alam, dan menempatkannya di samping Tuhan. Hal ini menyebabkan manusia memiliki kekuatan ajaib-semu –quasi-miracolous– yg memberinya kemampuan untuk melewati parameter alami dari eksistensi dirinya, memberinya perluasan dan kedalaman eksistensial yg tak terbatas, dan menempatkannya pada suatu posisi untuk menikmati apa yg belum diberikan alam.
6. Manusia adalah makhluk idealis, pemuja yg ideal. Dengan ini berarti ia tidak pernah puas dengan apa yg ada, tetapi berjuang untuk mengubahnya menjadi apa yg seharusnya. Idealisme adalah faktor utama dalam pergerakan dan evolusi manusia. Idealisme tidak memberikan kesempatan untuk puas di dalam pagar-pagar kokoh realita yg ada. Kekuatan inilah yg selalu memaksa manusia untuk merenung, menemukan, menyelidiki, mewujudkan, membuat dan mencipta dalam alam jasmaniah dan ruhaniah.
7. Manusia adalah makhluk moral. Di sinilah timbul pertanyaan penting mengenai nilai. Nilai terdiri dari ikatan yg ada antara manusia dan setiap gejala, perilaku, perbuatan atau dimana suatu motif yg lebih tinggi daripada motif manfaat timbul. Ikatan ini mungkin dapat disebut ikatan suci, karena ia dihormati dan dipuja begitu rupa sehingga orang merasa rela untuk membaktikan atau mengorbankan kehidupan mereka demi ikatan ini.
8. Manusia adalah makhluk utama dalam dunia alami, mempunyai esensi uniknya sendiri, dan sebagai suatu penciptaan atau sebagai suatu gejala yg bersifat istimewa dan mulia. Ia memiliki kemauan, ikut campur dalam alam yg independen, memiliki kekuatan untuk memilih dan mempunyai andil dalam menciptakan gaya hidup melawan kehidupan alami. Kekuatan ini memberinya suatu keterlibatan dan tanggung jawab yg tidak akan punya arti kalau tidak dinyatakan dengan mengacu pada sistem nilai.
Al Qur’an memandang manusia sebagai makhluk biologis, psikologis, dan social. Manusia sebagai basyar tunduk pada takdir Allah, sama dengan makhluk lain. Manusia sebagai insan dan al-nas bertalian dengan hembusan roh Allah yang memiliki kebebasan dalam memilih untuk tunduk atau menentang takdir Allah.
Manusia memiliki fitrah dalam arti potensi, yaitu kelengkapan yang diberikan pada saat dilahirkan ke dunia. Potensi yang dimiliki manusia dapat dikelompokkan pada dua hal, yaitu potensi fisik dan potensi ruhaniah.
Potensi fisik manisia adalah sifat psikologis spiritual manusia sebagai makhluk yang berfikir diberi ilmu dan memikul amanah.sedangkan potensi ruhaniah adalah akal, gaib, dan nafsu. Akal dalam penertian bahasa Indonesia berarti pikiran atau rasio. Dalam Al Qur’an akal diartikan dengan kebijaksanaan, intelegensia, dan pengertian. Dengan demikian di dalam Al Qur’an akal bukan hanya pada ranah rasio, tetapi juga rasa, bahkan lebih jauh dari itu akal diartikan dengan hikmah atau bijaksana.
Musa Asyari (1992) menyebutkan arti alqaib dengan dua pengertian, yang pertama pengertian kasar atau fisik, yaitu segumpal daging yang berbentuk bulatpanjang, terletak di dada sebelah kiri, yang sering disebut jantung. Sedangkan arti yang kedua adalah pengertian yang halus yang bersifat ketuhanan dan rohaniah, yaitu hakekat manusia yang dapat menangkap segala pengertian, berpengetahuan, dan arif.
Akal digunakan manusia dalam rangka memikirkan alam, sedangkan mengingat Tuhan adalah kegiatan yang berpusat pada qalbu.
Adapun nafsu adalah suatu kekuatan yang mendorong manusia untuk mencapai keinginannya. Dorongan-dorongan ini sering disebut dorongan primitif, karena sifatnya yang bebas tanpa mengenal baik dan buruk. Oleh karena itu nafsu sering disebut sebagai dorongan kehendak bebas.
PERSAMAAN dan PERBEDAAN MANUSIA DENGAN MAHLUK LAIN.
Manusia pada hakekatnya sama saja dengan mahluk hidup lainnya, yaitu memiliki hasrat dan tujuan. Ia berjuang untuk meraih tujuannya dengan didukung oleh pengetahuan dan kesadaran. Perbedaan diantara keduanya terletak pada dimensi pengetahuan, kesadaran dan keunggulan yang dimiliki manusia dibanding dengan mahluk lain.
Manusia sebagai salah satu mahluk yang hidup di muka bumi merupakan mahluk yang memiliki karakter paling unik. Manusia secara fisik tidak begitu berbeda dengan binatang, sehingga para pemikir menyamakan dengan binatang. Letak perbedaan yang paling utama antara manusia dengan makhluk lainnya adalah dalam kemampuannya melahirkan kebudayaan. Kebudayaan hanya manusia saja yang memlikinya, sedangkan binatang hanya memiliki kebiasaan-kebiasaan yang bersifat instinctif.
Dibanding dengan makhluk lainnya, manusia mempunyai kelebihan.kelebihan itu membedakan manusiadengan makhluk lainnya. Kelebihan manusia adalah kemampuan untuk bergerak dalam ruang yang bagaimanapun, baik di darat, di laut, maupun di udara. Sedangkan binatang hanya mampu bergerak di ruang yang terbatas. Walaupun ada binatang yang bergerak di darat dan di laut, namun tetap saja mempunyai keterbatasan dan tidak bisa meampaui manusia. Mengenai kelebihan manusia atau makhluk lain dijelaskan dalam surat Al-Isra ayat 70.
Diantara karakteristik manusia adalah :
1. Aspek Kreasi
2. Aspek Ilmu
3. Aspek Kehendak
4. Pengarahan Akhlak
Selain itu Al Ghazaly juga mengemukakan pembuktian dengan kenyataan faktual dan kesederhanaan langsung, yang kelihatannya tidak berbeda dengan argumen-argumen yang dibuat oleh Ibnu Sina (wafat 1037) untuk tujuan yang sama, melalui pembuktian dengan kenyataan faktual. Al Ghazaly memperlihatkan bahwa; diantara makhluk-makhluk hidup terdapat perbedaan-perbedaan yang menunjukkan tingkat kemampuan masing-masing. Keistimewaan makhluk hidup dari benda mati adalah sifat geraknya. Benda mati mempunyai gerak monoton dan didasari oleh prinsip alam. Sedangkan tumbuhan makhluk hidup yang paling rendah tingkatannya, selain mempunyai gerak yang monoton, juga mempunyai kemampuan bergerak secara bervariasi. Prinsip tersebut disebut jiwa vegetatif. Jenis hewan mempunyai prinsip yang lebih tinggi dari pada tumbuh-tumbuhan, yang menyebabkan hewan, selain kemampuan bisa bergerak bervariasi juga mempunyai rasa. Prinsip ini disebut jiwa sensitif. Dalam kenyataan manusia juga mempunyai kelebihan dari hewan. Manusia selain mempunyai kelebihan dari hewan. Manusia juga mempunyai semua yang dimiliki jenis-jenis makhluk tersebut, disamping mampu berpikir dan serta mempunyai pilihan untuk berbuat dan untuk tidak berbuat. Ini berarti manusia mempunyai prinsip yang memungkinkan berpikir dan memilih. Prinsip ini disebut an nafs al insaniyyat. Prinsip inilah yang betul-betul membeda manusia dari segala makhluk lainnya.
TUJUAN PENCIPTAAN MANUSIA
Allah SWT berfirman dalam surat Ad-dzariyat:56 bahwasannya:”Allah tidak menciptakan manusia kecuali untuk mengabdi kepadanya”mengabdi dalam bentuk apa?ibadah dengan menjalankan perintahnya dan menjauhi larangannya seperti tercantum dalam Al-qur’an
????????????? ????? ???????? ???????? ????????? ????
“Sesungguhnya telah ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah.”
Perintah ataupun tugas yang diberikan oleh Allah kepada manusia dalam beribu-ribu macam bentuk dimulai dari hal yang paling kecil menuju kepada hal yang paling besar dengan berdasarkan dan berpegang kepada Al-qur’an dan hadist didalam menjalankannya.Begitupun sebaliknya dengan larangan-larangannya yang seakan terimajinasi sangat indah dalam pikiran manusia namun sebenarnya balasan dari itu adalah neraka yang sangat menyeramkan,sangat disayangkan bagi mereka yang terjerumus kedalamnya.Na’uudzubillaahi min dzalik
Dalam hadist shohih diungkapkan bahwa jalan menuju surga itu sangatlah susah sedangkan menuju neraka itu sangatlah mudah.Dua itu adalah pilihan bagi setiap manusia dari zaman dahulu hingga sekarang,semua memilih dan berharap akan mendapatkan surga,namun masih banyak sekali orang-orang yang mengingkari dengan perintah Allah bahkan mereka lebih tertarik dan terbuai untuk mendekati,menjalankan larangan-larangannya.Sehingga mereka bertolak belakang dari fitrahnya sebagai manusia hamba Allah yang ditugasi untuk beribadah.Oleh karenanya,mereka tidak akan merasakan hidup bahagia di dunia dan bahagia di akhirat.
FUNGSI DAN PERANAN MANUSIA
Berpedoman kepada QS Al Baqoroh 30-36, maka peran yang dilakukan adalah sebagai pelaku ajaran allah dan sekaligus pelopor dalam membudayakan ajaran Allah.
Untuk menjadi pelaku ajaran Allah, apalagi menjadi pelopor pembudayaan ajaran Allah, seseorang dituntut memulai dari diridan keluarganya, baru setelah itu kepada orang lain.
Peran yang hendaknya dilakukan seorang khalifah sebagaimana yang telah ditetapkan Allah, diantaranya adalah :
1.Belajar (surat An naml : 15-16 dan Al Mukmin :54)
belajar yang dinyatakan pada ayat pertama surat al Alaq adalah mempelajari ilmu Allah yaitu Al Qur’an.
2.Mengajarkan ilmu (al Baqoroh : 31-39)
ilmu yang diajarkan oleh khalifatullah bukan hanya ilmu yang dikarang manusia saja, tetapi juga ilmu Allah.
3.Membudayakan ilmu (al Mukmin : 35 )
Ilmu yang telah diketahui bukan hanya untuk disampaikan kepada orang lain melainkan dipergunakan untuk dirinya sendiri dahulu agar membudaya. Seperti apa yang telah dicontohkan oleh Nabi SAW.
Manusia terlahir bukan atas kehendak diri sendiri melainkan atas kehendak Tuhan. Manusia mati bukan atas kehendak dirinya sendiri Tuhan yang menentukan saatnya dan caranya. Seluruhnya berada ditangan Tuhan Hukum Tuhan adalah hukum mutlak yang tak dapat dirubah oleh siapapun hukum yang penuh dengan rahasia bagi manusia yang amat terbatas pikirannya.
Kuasa memberi juga kuasa mengambil Betapa piciknya kalau kita hanya tertawa senang sewaktu diberi. Sebaliknya menangis duka dan penasaran Sewaktu Tuhan mengambil sesuatu dari kita. Yang terpenting adalah menjaga sepak terjang kita Melandasi sepak terjang hidup kita dengan kebenaran Kejujuran dan keadilan?Cukuplah Yang lain tidak penting lagi.
Suka duka adalah permainan perasaan. Yang digerakan oleh nafsu iba diri Dan mementingkan diri sendiri. Tuhanlah sutradaranya, Maka manusia manusia adalah pemain sandiwaranya Yang berperan diatas panggung kehidupan Sutradara yang menentukan permainannya Dan ingatlah bukan perannya yang penting Melainkan cara manusia yang memainkan perannya itu.
Walaupun seseorang diberi peran sebagai seorang raja besar, Kalau tidak pandai dan baik permainannya ia akan tercela. Sebaliknya biarpun sang sutradara memberi peran kecil tak berarti Peran sebagai seorang pelayan atau rakyat jelata Kalau pemegang peran itu memainkannya dengan sangat baik Tentu ia akan sangat terpuji dimata Tuhan juga dimata manusia.
Apalah artinya seorang pembesar Yang dimuliakan rakyat Bila ia lalim rakus dan melakukan hal hal yang hina. Maka ia akan hanya direndahkan dimata manusia Dan juga dimata Tuhan. Sebaliknya betapa mengagumkan hati manusia Yang menyenangkan Tuhan Bila seorang biasa yang bodoh miskin Dan dianggap rendah namun mempunyai sepak terjang Dalam hidup ini penuh dengan kebajikan Yang melandaskan kelakuannya pada jalan kebenaran. Maka mereka itulah yang paling mulia dimata Tuhan.
“Wahai orang orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan bebatuan, diatasnya terdapat malaikat malaikat yang bengis dan sadis yang tidak mengabaikan apa yang diperintahkan kepada mereka, dan mereka melakukan apa yang diperintahkan”
Itulah firman Allah yang diberikan kepada manusia dalam menjalankan peranannya selama hidup di muka bumi.Peran terhadap diri sendiri dan keluarga.Bukan diawali dari peran untuk keluarga atau pun negara tapi justru peran itu ditujukan untuk diri sendiri sebelum berperan untuk orang lain.Peranan seseorang harus dibangun dari dalam diri sendiri secara terus menerus untuk mendapatkan hasil yang maksimal,ketika sebuah pribadi telah menguasai peranannya untuk diri sendiri, barulah bisa berperan untuk orang lain,terutama keluarga.Ada sebuah kata kata dari seorang teman yang pernah berbagi dengan saya tentang masalah berderma. Dia berkata pada saya”kawan untuk kita bisa memberikan sesuatu kepada orang lain tentunya kita harus dalam kondisi lebih terlebih dahulu, tidak mungkin kita dalam kondisi kekurangan terus kita meberi untuk orng lain”.Jadi untuk bisa membangun sebuah keluarga, kelompok, negara dan mungkin yang lebih besar lagi maka haruslah menjadi kewajiban kita untuk bisa terlebih dahulu membangun diri kita.
TANGGUNG JAWAB MANUSIA SEBAGAI HAMBA ALLAH
Tanggungjawab Abdullah terhadap dirinya adalah memelihara iman yang dimiliki dan bersifat fluktuatif ( naik-turun ), yang dalam istilah hadist Nabi SAW dikatakan yazidu wayanqusu (terkadang bertambah atau menguat dan terkadang berkurang atau melemah).
Tanggung jawab terhadap keluarga merupakan lanjutan dari tanggungjawab terhadap diri sendiri. Oleh karena itu, dalam al-Qur’an dinyatakan dengan quu anfusakum waahliikum naaran (jagalah dirimu dan keluargamu, dengan iman dari neraka).
Allah dengan ajaranNya Al-Qur’an menurut sunah rosul, memerintahkan hambaNya atau Abdullah untuk berlaku adil dan ikhsan. Oleh karena itu, tanggung jawab hamba Allah adlah menegakkan keadilanl, baik terhadap diri sendiri maupun terhadap keluarga. Dengan berpedoman dengan ajaran Allah, seorang hamba berupaya mencegah kekejian moral dan kenungkaran yang mengancam diri dan keluarganya. Oleh karena itu, Abdullah harus senantiasa melaksanakan solat dalam rangka menghindarkan diri dari kekejian dan kemungkaran (Fakhsyaa’iwalmunkar). Hamba-hamba Allah sebagai bagian dari ummah yang senantiasa berbuat kebajikan juga diperintah untuk mengajak yang lain berbuat ma’ruf dan mencegah kemungkaran (Al-Imran : 2: 103). Demikianlah tanggung jawab hamba Allah yang senantiasa tunduk dan patuh terhadap ajaran Allah menurut Sunnah Rasul.
TANGGUNG JAWAB MANUSIA SEBAGAI KHALIFAH ALLAH
Manusia diserahi tugas hidup yang merupakan amanat Allah dan harus dipertanggungjawabkan di hadapan-Nya. Tugas hidup yang dipikul manusia di muka bumi adalah tugas kekhalifaan, yaitu tugas kepemimpinan , wakil Allah di muka bumi, serta pengelolaan dan pemeliharaan alam.
Khalifah berarti wakil atau pengganti yang memegang mandat Tuhan untuk mewujudkan kemakmuran di muka bumi. Kekuasaan yang diberikan kepada manusia bersifat kreatif, yang memungkinkan dirinya serta mendayagunakan apa yang ada di muka bumi untuk kepentingan hidupnya.
Sebagai khalifah, manusia diberi wewenang berupa kebebasan memilih dan menentukan, sehingga kebebasannya melahirkan kreatifitas yang dinamis. Kebebasan manusia sebagai khalifah bertumpu pada landasan tauhidullah, sehingga kebebasan yang dimilikitidak menjadikan manusia bertindak sewenang-wenang.
Kekuasaan manusia sebagai wakil Tuhan dibatasi oleh aturan-aturan dan ketentuan-ketentuan yang telah digariskan oleh yang diwakilinya, yaitu hokum-hukum Tuhan baik yang baik yang tertulis dalam kitab suci (al-Qur’an), maupun yang tersirat dalam kandungan alam semesta (al-kaun). Seorang wakil yang melanggar batas ketentuan yang diwakili adalah wakil yang mengingkari kedudukan dan peranannya, serta mengkhianati kepercayaan yang diwakilinya. Oleh karena itu, ia diminta pertanggungjawaban terhadap penggunaan kewenangannya di hadapan yang diwakilinya, sebagaimana firman Allah dalam QS 35 (Faathir : 39) yang artinya adalah :
“Dia-lah yang menjadikan kamu khalifah-khalifah dimuka bumi. Barang siapa yang kafir, maka (akibat) kekafiranorang-orang kafir itu tidak lain hanyalah akan menambah kemurkaan pada sisi Tuhannya dan kekafiran orang-orang yang kafir itu tidak lainhanyalah akan menambah kerugian mereka belaka”.
Kedudukan manusia di muka bumi sebagai khalifah dan juga sebagai hamba allah, bukanlah dua hal yang bertentangan, melainkan suatu kesatuan yang padu dan tak terpisahkan. Kekhalifan adalah realisasi dari pengabdian kepada allah yang menciptakannya.
Dua sisi tugas dan tanggung jawab ini tertata dalam diri setiap muslim sedemikian rupa. Apabila terjadi ketidakseimbangan, maka akan lahir sifat-sifat tertentu yang menyebabkan derajad manusia meluncur jatuh ketingkat yang paling rendah, seperti fiman-Nya dalam QS (at-tiin: 4) yang artinya
“sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya”.
KESIMPULAN
Manusia adalah mahluk Allah yang paling mulia,di dalam Al-qur’an banyak sekali ayat-ayat Allah yang memulyakan manusia dibandingkan dengan mahluk yang lainnya.Dan dengan adanya ciri-ciri dan sifat-sifat utama yang diberikan oleh Allah SWT kepada manusia menjadikannya makhluk yang terpilih diantara lainnya memegang gelar sebagai khalifah di muka bumi untuk dapat meneruskan,melestarikan,dan memanfaatkan segala apa yang telah Allah ciptakan di alam ini dengan sebaik-baiknya.
Tugas utama manusia adalah beribadah (????????????? )kepada Allah SWT.Semua ibadah yang kita lakukan dengan bentuk beraneka ragam itu akan kembali kepada kita dan bukan untuk siapa-siapa.Patuh kepada Allah SWT,menjadi khalifah,melaksanakan ibadah,dan hal-hal lainnya dari hal besar sampai hal kecil yang termasuk ibadah adalah bukan sesuatu yang ringan yang bisa dikerjakan dengan cara bermain-main terlebih apabila seseorang sampai mengingkarinya.Perlu usaha yang keras,dan semangat yang kuat ketika keimanan dalam hati melemah,dan pertanggungjawaban yang besar dari diri kita kelak di hari Pembalasan nanti atas segala apa yang telah kita lakukan di dunia

sumber :http://www.membuatblog.web.id/2010/02/pengertian-hakikat-manusia.html

“BAHAGIA DIMATA ALLAH”

Kebanyakan manusia menganggap hidupnya bahagia kalau sudah memiliki harta yang melimpah, rumah dimana-mana ada, deposito dibeberapa bank, dll. Itu adalah kebahagiaan semu..yang sewaktu-waktu bisa hilang. Kebahagiaan yang hakiki dimata Allah adalah mereka yang menjalankan perintah-perintah-Nya dan mereka yang menjauhi larangan-larangan-Nya, itulah hamba-hamba yang bertaqwa.
Allah berfirman,
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa – bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.(Al-Hujurat[49]: ayat 13)
Berikut ini akan saya sampaikan beberapa hal yang dianjurkan oleh Islam agar kita  bisa meraih kebahagiaan di dunia dan insya allah di Akhirat.
I. Tingkatkan kadar Iman dan amal shalih.
Bagaimana Iman dapat menuntun kita untuk meraih kebahagiaan, hal ini dapat dijabarkan dengan beberapa hal.
pertama: Bahwa orang yang beriman akan dianugerahi Allah ketabahan dan kekuatan hati dalam menghadapi setiap kemungkinan-kemungkinan yang bakal terjadi dalam setiap sisi hidupnya, segala hal yang menimpanya baik itu berupa kerugian atau keuntungan tidak akan pernah menggoyahkan keteguhan imannya kepada Allah Swt, sebagai Zat yang menentukan garis hidup manusia baik di dunia dan akherat. Dengan mengetahui akan hal ini maka jiwanya akan selalu merasa tentram dan tenang. Ia tidak pernah tamak kepada dunia disamping itu pula ia tidak akan terlalu menyesal ketika apa yang telah ia hasilkan tiba-tiba hilang darinya.
kedua: Bahwa dengan iman dapat menjadikan manusia sebagai sosok insan yang memiliki visi dalam hidup, di mana visi ini selalu akan diperjuangkannya dengan segenap usaha dan kerja keras sebagai rasa kepeduliannya terhadap kemaslahatan semua orang yang ada disekitarnya. Maka secara tidak langsung bertolak dari rasa iman ini pula, sesungguhnya rasa sentimen individualisme manusia akan terkikis, mengingat betapa besar tanggung jawab seorang mukmin tadi terhadap bukan hanya dirinya melainkan juga terhadap masyarakat dan lingkungannya.
II. Tingkatkan kwalitas akhlak dan etika bergaul.
Adapun cara meraih kebahagiaan yang kedua selain iman adalah: Selalu berusaha untuk memperbaiki kwalitas akhlak dan etika bergaul. Sebab satu hal yang harus diingat, bahwa sesungguhnya manusia adalah makhluk yang paling tidak bisa hidup menyendiri atau terisolasi dari kehidupan sosial. Manusia mutlak membutuhkan satu sama lainnya untuk survive. Dan dalam hukum interaksi sosial, manusia yang paling bisa survive dan meraih kebahagiaan sesungguhnya adalah manusia yang mampu menempatkan dirinya secara bijak dan proporsional sesuai dengan tuntunan etika serta akhlak yang baik, semaximal mungkin meniru akhlaknya Rasul.
Allah berfirman,
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (Al-Ahzab[33]: ayat 21)

III. Memperhatikan kesehatan
Cara ketiga meraih kebahagiaan adalah senantiasa memperhatikan kesehatan. Kesehatan disini mencakup dua hal, pertama, kesehatan raga (fisik/wadah), kedua, kesehatan jiwa (ruhani/isi)
Pertama, bagaimana menjaga kesehatan raga atau fisik, yaitu dengan memberikan hak bagi tubuh kita untuk mendapatkan perawatan dan kebugaran. maka merawat tubuh hakekatnya adalah perintah agama kita. Dengan itu, olah raga bisa menjadi ibadah jika kita lakukan dengan niat mensyukuri nikmat penciptaan tubuh yang sempurna dan agar dengan olah raga itu kita lebih energik dan produktif bekerja. Maka tidak berlebihan jika nilai ibadah sesungguhnya tidak hanya ditemukan di masjid tetapi juga dimanapun kita berada, ditempat kerja, diperjalanan, dilapangan, semuanya tergantung niat.
Kedua, bagaimana menjaga kesehatan Jiwa, yaitu dengan cara melatih diri kita untuk meninggalkan sifat-sifat yang tercela, seperti, bohong, hasud, dengki, iri, mengumpat, mencela orang lain, menganggap rendah orang, bersedekah namun sering menyebut-nyebut amal sedekahnya dan lain-lain. Semakin banyak sifat-sifat tersebut bersemi dalam diri sesorang, betapapun bugar dan sehat badannya, sesungguhnya ia tengah terjangkit penyakit jiwa yang sangat akut.   Untuk menjaga agar Jiwa (ruhani) ini selalu bersih , maka harus diisi dengan tanda-tanda keagungan Allah Swt, dengan selalu istiqamah menjalankan setiap perintah-perintah-Nya dan mengekang hawa nafsu semampu kita. Mendirikan shalat adalah contoh bagaimana kita tengah memberikan kesehatan terhadap ruhani kita, sebab  shalat adalah sebuah simbol ketaatan kita kepada sang Khaliq. Selain itu juga puasa adalah satu cara bagaimana kita dapat mengekang hawa nafsu kita. Maka saudara-saudara sekalian, kalau kita selalu berusaha untuk istiqamah menjalankan setiap ajaran agama kita dan mengarahkan hawa nafsu kita secara baik, maka sesungguhnya kita telah berusaha agar ruhani selalu sehat.
Ibarat wadah dan isi, percuma punya wadah (fisik) yang bagus…tapi isinya racun yang sangat berbahaya, bisa membunuh siapapun. Lebih baik punya wadah (fisik) yang sederhana…tapi isinya madu yang sangat bermanfaat sebagai penyembuh segala penyakit. Idealnya selain Fisiknya (wadahnya) bagus juga jiwanya(isinya) bagus…inilah yang diharapkan setiap muslim.
VI. Mampu mengatur waktu dengan baik.
Adapun cara meraih kebahagiaan yang keempat, yaitu mampu mengatur waktu dengan baik. Saudara-saudara sekalian, setiap orang diberi waktu yang sama, mulai dari hitungan tahun, bulan, minggu, hari bahkan detik. Akan tetapi produktifitas yang dihasilkan orang berbeda-beda. Disatu sisi ada orang yang dalam waktu 4 tahun telah meraih posisi jabatan yang sangat gemilang, namun ada juga orang lain yang dalam waktu yang sama masih belum mendapatkan apa-apa. Rahasianya adalah sejauh mana orang tersebut memanfaatkan waktu dan memberdayakannya secara optimal.
Di samping itu pula dalam agama kita, selain keterampilan mengatur waktu, ada yang di sebut dengan waktu yang “berkah” . Contohnya adalah, orang yang sudah tutup usia di waktu muda, tetapi jumlah karyanya melebihi jumlah usianya dan masih terus dikenang oleh banyak orang, kemudian orang yang menempuh perjalanan jauh, namun ia merasa sampai ke tempat tujuan lebih cepat dari yang ia perkirakan, termasuk mahasiswa yang tengah menulis karya ilmiah seperti thesis, ia mampu merampungkan tepat waktu bahkan lebih cepat dari yang semestinya. Inilah yang disebut dengan waktu yang “berkah”.
V.Memperoleh harta yang sesuai dengan kebutuhannya
Kemudian cara meraih kebahagiaan yang terakhir (kelima) adalah, dengan cara memperoleh harta yang sesuai kebutuhannya. Suatu hal yang perlu diingat adalah, tolak ukur kebahagiaan yang hakiki bukan terketak pada banyak dan sedikitnya materi yang kita peroleh, melainkan seberapa besar materi yang kita dapatkan tadi dapat menambah ketentraman batin kita.
Nabi Muhammad  bersabda
” Harta yang sedikit tetapi dapat menjadikan pemiliknya tentram dan bersyukur; lebih baik, ketimbang harta yang berlimpah akan tetapi hanya membuat pemiliknya gelisah dan terlena.”

Atas dasar ini pulalah, para sahabat Rasul ketika disuruh memilih diantara dua tawaran antara mendapatkan ilmu atau harta, mereka lebih memilih mendapatkan ilmu daripada harta. Di antaranya adalah khalifah Ali RA, ia pernah berkata;
“Aku lebih memilih ilmu daripada harta, karena ilmu akan menjagaku, tetapi kalau harta aku yang bakal menjaganya.”
Namun hendaknya jangan kita fahami bahwa Islam tidak mementingkan harta. Atau seolah-olah harta tidak memiliki nilai sedikitpun dalam Islam. Sesungguhnya menjadi hartawan atau jutawan juga cita-cita Islam, akan tetapi bagaimana menjadi hartawan dan jutawan namun juga sekaligus menjadi dermawan serta memiliki visi kemanusiaan. kira-kira demikianlah prototipe muslim yang ideal. Sebagaimana hadit Nabi Muhammad SAW:
“harta yang baik adalah yang berada di tangan orang baik.”
Demikian bagaimana kiat-kiat meraih kebahagiaan di dunia dan insya Allah di akhirat. Mudah-mudahan renungan singkat ini ada manfaatnya. Amin.

sumber :http://www.akhlaqulkharimah.com/2011/05/03/bahagia-dimata-allah/

7 TANDA BAHAGIA DUNIA-AKHIRAT

Ibnu Abbas, sahabat setia Rasul yang pada usia 9 th sudah hafal Al-Qur’an memberikan resep 7 tanda2 seseorang mendapat kebahagian Dunia dan Insya Allah di akhirat adalah sbb (disingkat P AL U H, SH ):
Pertama: Pasangan hidup yang shalih-shalihah.
Pasangan hidup yang shalih akan menciptakan suasana rumah dan keluarga yang sholeh pula. Di akhirat kelak seorang suami (sebagai imam keluarga) akan diminta pertanggungjawaban dalam mengajak istri dan anaknya kepada keshalihan. Berbahagialah menjadi seorang istri bila memiliki suami yang shalih, yang pasti sang suami akan bekerja keras untuk mengajak istri dan anaknya menjadi muslim yang sholeh. Demikian pula seorang istri yang shalihah, akan memiliki kesabaran dan keikhlasan yang luar biasa dalam melayani suaminya.
Kedua: Anak2  yang shalih-shalihah
Sungguh Allah ridho kepada orang tua yang shalih yang memiliki anak2 yang shalih pula. Amal ibadah kita ternyata tidak cukup untuk membalas cinta dan kebaikan orang tua kita, namun minimal kita bisa memulainya dengan menjadi anak yang shalih, dimana do’a anak yang shalih kepada orang tuanya dijamin dikabulkan Allah SWT. Berbahagialah orang tua yang memiliki anak2 yang shalih-shalihah.
Ketiga: Lingkungan yang Islami.
Yang dimaksud dengan lingkungan yang Islami, kita boleh mengenal siapapun disekitar kita, tetapi untuk menjadikannya sebagai sahabat, haruslah orang-orang yang mempunyai nilai tambah terhadap keimanan kita. Dalam sebuah hadits, Rasulullah menganjurkan kita untuk selalu bergaul dengan orang-orang yang shalih. Orang-orang yang shalih akan selalu mengajak kepada kebaikan dan mengingatkan kita bila kita berbuat salah. Orang-orang shalih adalah orang-orang yang bahagia karena mendapatkan nikmat Iman dan nikmat Islam yang selalu terpancar pada cahaya wajahnya. Insya Allah cahaya tersebut akan ikut menyinari orang-orang yang ada disekitarnya. Berbahagialah orang-orang yang selalu dikelilingi oleh orang-orang yang shalih.
Keempat: Umur yang barokah.
Umur yang barokah itu artinya umur yang semakin tua semakin shalih, yang setiap detiknya diisi dengan amal ibadah.
-     Seseorang yang mengisi hidupnya untuk kebahagiaan “dunia “, Orang tersebut hanya mendapatkan dunia & di akherat nanti termasuk orang2 yang merugi. Disamping itu pikirannya terfokus pada bagaimana caranya menikmati sisa hidupnya, maka iapun sibuk berangan-angan terhadap kenikmatan dunia yang belum ia sempat rasakan, hatinya kecewa bila ia tidak mampu menikmati kenikmatan yang diangankannya.
-     Sedangkan orang yang mengisi umurnya dengan banyak mempersiapkan diri untuk “akhirat” , maka semakin tua semakin rindu ia untuk bertemu dengan Allah SWT, Hari tuanya diisi dengan bermesraan dengan Sang Maha Pengasih dengan memperbanyak Ibadah & amalan shalih. Tidak ada rasa takutnya untuk meninggalkan dunia ini, bahkan ia penuh harap untuk segera merasakan keindahan alam kehidupan berikutnya seperti yang dijanjikan Allah. Inilah semangat “hidup” orang-orang yang barokah umurnya, maka berbahagialah orang-orang yang umurnya barokah.
Kelima: Hati yang selalu bersyukur.
Selalu bersyukur berarti selalu menerima apa adanya, sehingga tidak ada ambisi yang berlebihan, tidak ada “stress”, inilah nikmat bagi hati yang selalu bersyukur. Seorang yang pandai bersyukur ikhlas atas apa2 yang dikehendaki Allah SWT, sehingga apapun yang diberikan Allah ia malah terpesona dengan pemberian dan keputusan Allah. Bila sedang kesulitan maka ia segera ingat akan hadist Rasulullah SAW yaitu :
“Kalau kita sedang sulit perhatikanlah orang yang lebih sulit dari kita”.
Bila sedang diberi kemudahan, ia bersyukur dengan memperbanyak amal ibadahnya.
Keenam: Semangat untuk memahami Islam.
Semangat memahami agama Islam diwujudkan dalam semangat memahami Al Qur’an & Al Hadist. Semakin seseorang belajar, maka semakin orang tsb terangsang untuk belajar lebih jauh lagi ilmu mengenai sifat-sifat Allah dan ciptaan-Nya. semakin ia belajar semakin cinta ia kepada agamanya, semakin tinggi cintanya kepada Allah dan rasul-Nya. Cinta inilah yang akan memberi cahaya bagi hatinya. Semangat memahami agama akan meng ”hidup” kan hatinya, “hati yang hidup” adalah hati yang selalu dipenuhi cahaya nikmat Islam dan nikmat Iman. Maka berbahagialah orang2 yang penuh semangat untuk selalu memahami Al Qur’an & Al Hadistdan berusaha untuk mengamalkan dalm kehidupan sehari-hari.
Ketujuh: Harta yang halal.
Harta yang thoyibah bukanlah banyaknya harta tetapi halalnya harta.  Ini tidak berarti Islam tidak menyuruh umatnya untuk kaya. Dalam Hadist disebutkan bahwa Rasulullah SAW pernah bertemu dengan seorang sahabat yang berdoa mengangkat tangan.
“Kamu berdoa sudah bagus”, kata Nabi SAW, “Namun sayang makanan, minuman dan pakaian dan tempat tinggalnya didapat secara haram, bagaimana doanya dikabulkan”.
Berbahagialah menjadi orang yang “hartanya halal” karena doanya sangat mudah dikabulkan Allah. Harta yang halal juga akan menjauhkan setan dari hatinya, maka “hatinya semakin bersih, suci dan kokoh”, sehingga memberi ketenangan dalam hidupnya. Maka berbahagialah orang-orang yang selalu dengan teliti menjaga kehalalan setiap harta & risky yang mereka peroleh.
Demikianlah beberapa indikator seseorang itu dalam menjalankan hidup yang penuh dengan barokah & rahmat Allah SWT, Agar kita memperbanyak do’a sapu jagat dengan khusuk & ikhlas, semoga Allah SWT memberikan kebahagian kepada kita baik didunia dan di Akhirat dan dibebaskan dari sentuhan api neraka, amien.

sumber :http://www.akhlaqulkharimah.com/2011/09/07/7-tanda-bahagia-dunia-akhirat/